🐉 Gambar Pembiasan Cahaya Yang Benar

Semuajawaban benar Jawaban: C. (2) dan (3) Dilansir dari Encyclopedia Britannica, perhatikan gambar pembiasan cahaya berikut! arah pembiasan cahaya yang benar ditunjukkan oleh gambar (2) dan (3). Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Perhatikan pernyataan berikut !1. Terlihatnya fatamorgana 2. pembiasancahaya karena melewati medium yang berbeda; cahaya dipantulkan teratur karena mengenai benda yang rata; pemantulan difus karena cahaya mengenai benda yang rata; Semua jawaban benar; Jawaban: C. cahaya dipantulkan teratur karena mengenai benda yang rata. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, perhatikan gambar berikut! sifat cahaya Peristiwapembiasan cahaya dapat digambarkan dalam bentuk diagram. Misalnya, kita akan melukiskan proses pembiasan cahaya dari medium udara ke medium air. Sebelum membuat diagramnya, kita tentukan dahulu perbandingan indeks bias mutlak antara medium udara dengan medium air, yaitu sebagai berikut. Indeks bias udara = 1 Karenaitu, sinar cahaya dari area atas dan bawah matahari menghadap Pembiasan pada sudut yang berbeda. Matahari tampak datar karena pembiasan Gambar Kredit: "Matahari terbenam" kevin Dooley CC BY 2.0 Dan karena ini, matahari tampak sedikit rata di cakrawala. Selamatbelajar semoga sukses. 1. Berikut ini merupakan sifat-sifat cahaya, kecuali . 2. Nyala lilin tidak tampak jika dilihat dengan pipa bengkok, hal ini menunjukkan bahwa cahaya . 3. Apabila sumber cahaya kecil, akan terbentuk bayang-bayang inti yang disebut . 4. Terjadinya bayang-bayang benda akibat . Tentunyakalian sudah sanggup menyebutkan pola insiden sehari-hari yang sanggup dijelaskan dengan konsep pembiasan. Dasar bak tampak lebih dangkal dari bergotong-royong dan sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam air tampak bengkok merupakan pola insiden sehari-hari yang berkaitan dengan terjadinya pembiasan cahaya.Pembiasan cahaya tidak sembarang, tetapi mengikuti hukum-hukum pembiasan. Benaratau Salah a) BENAR b) SALAH 5) Apakah faktor yang mempengaruhi penyerakan cahaya? a) warna cahaya b) jarak cahaya melalui atmosfera c) kedudukan pemerhati 6) Apakah cahaya yang paling banyak diserakkan? a) jingga b) biru c) merah 7) Selain fenomena kemerahan langit apakah fenomena lain yang terjadi disebabkan oleh penyerakan cahaya? Jawaban: C. Baca juga : Pembahasan SBMPTN Fisika Energi dan Daya Listrik. Soal 9. Hasil pembiasan dari cahaya monokromatik yang melalui prisma ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Berdasarkan data pada gambar, sanggup ditetapkan bahwa (1) Sudut pembias prisma = 60 o. (2) Indeks bias materi prisma yaitu √2. Pelangiterbentuk karena adanya pembiasan cahaya matahari yang dibelokkan. Dari gambar itu terlihat bahwa matahari ada 2, yang pertama yang berputar di bagian dalam tembok es antartika (berputar searah jarum jam) dan yang ke dua diluar tembok es antartika (berkebalikan arah jarum jam. Kumpulan gambar tentang pelangi dan matahari, klik untuk MYAHE. Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat datang di blog Artikel & Materi . Senang sekali rasanya kali ini dapat kami bagikan materi lengkap Fisika Pembiasan Cahaya Refraksi . Mari kita bahas selengkapnya.. PEMBIASAN CAHAYA Pengertian Pembiasan refraksi cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya. Pembiasan cahaya disebabkan medium zat Perantara yang dilalui cahaya berbeda kerapatam optiknya yang menyebabkan kecepatan cahaya pada medium itu berbeda pula. Contoh Pembiasan Cahaya Cahaya dari udara ke kaca, dari air ke kaca, dari udara ke air, dan sebagainya kelihatan bengkok/membelok. Alat yang digunakan untuk menyelidiki pembiasan cahaya adalah cakra optik. Hukum Snellius pada pembiasan Cahaya menyatakan a. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar b. Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium yang rapat dibiaskan mendekati garis normal c. Sinar datang dari medium rapat ke medium yang kurang rapat dibiaskan menjahui garis normal d. Sinar datang yang tegak lurus dengan bidang batas tidak dibiaskan, melainkan diteruskan. pembiasan cahaya INDEKS BIAS Indeks bias mutlak adalah perbandingan antara cepat rambat cahaya dalam ruang hampa dan cepat rambat cahaya dalam medium lain. Indeks bias medium yang rapat itu lebih besar dari indeks bias medium yang kurang rapat. Sebaliknya indeks bias medium kurang rapat itu lebih kecil dari indeks bias medium yang rapat. Indeks Bias mutlak dirumuskan Contoh Seberkas cahaya merambat dari udara ke dalam air. Bila diketahui indeks bias udara n udara 1,00 , dan indeks bias aiar n air 1,33, dan cepat rambat cahaya dalam ruang hampa c 3 x 108 m/s. tentukan kecepatan rambat cahaya dalam udara dan dalam air ! Penyelesaian Diketahui n udara = 1,00 N air = 1,33 C = 3 x 108 m/s Ditanya a. C udara ? b. C air ? PEMBIASAN PADA PRISMA Prisma adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang bersudut. Besarnya sudut antara kedua permukaan itu disebut sudut pembias b. Apabila seberkas cahaya masuk pada salah satu permukaan prisma maka cahaya tersebut akan dibiaskan dari permukaan prisma yang lain. Sudut deviasi adalah sudut yang diperoleh dari perpanjangan sinar datang dan sinar bias yang keluar dari prisma. Besarnya sudut Deviasi berubah-ubah bergantung pada sudut datang i. Sudut deviasi dirumuskan D = I + r1 -b LENSA Pengertian Lensa Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang yang dua-duanya lengkung atau salah satunya adalah bidang datar. Macam-macam Lensa Berdasarkan bentuk permukaannya lensa dibedakan menjadi Lensa cembung dua bikonveks Lensa cembung datar plankonveks Lensa cembung cekung konveks konkaf Lensa cekung dua bikonkaf Lensa cekung datar plankonkaf Lensa cembung cekung kankaf konveks LENSA CEMBUNG Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian tepinya dan bersifat konvergen mengumpulkan cahaya Bila seberkas sinar sejajar sumbu utama menuju lensa cembung maka akan dibiaskan melalu satu titik yang disebut titik api utama titik fokus Sinar-sinar istimewa lensa cembung Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus utama F2. Sinar datang yang melalui titik fokus F1 dibiaskan sejajar dengan sumbu utama. Sinar datang yang melalui pusat optik lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan. Pembentukan bayangan pada lensa cembung Pembentukan berada di F1, bayangan tidak terjadi. Benda berada diantara F1 dan 2F1, bayangan terbentuk di atas 2F2 sifatnya nyata, terbalik, dan diperbesar. Benda berada di F1 dan O, bayangan di atas 2F1 sifatnya, maya tegak, dan diperbesar. Banda berada tepat di 2F1, maka bayangan terbentuk tepat di 2F2 sifatnya nyata, terbalik, dan sama besar. Benda berada di atas 2 F1 maka bayangannya akan berada di antara F2 dan 2F2 sifatnya nyata, terbalik, dan diperkecil. Lensa Cekung Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya dan bersifat menyebarkan berkas cahaya divergen. Sinar-sinar istimewa lensa cekung Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama keluar dari lensa seolah-olah berasal dari titik fokus utama F2 Sinar datang yang menuju titik fokus utama F1 dibiaskan sejajar dengan sumbu utama. Sinar datang yang melalui pusat optik lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan. Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya polikromatik menjadi cahaya monokromatik. Cahaya Polikromatik adalah cahaya yang terdiri dari bermacam-macam warna. Contohnya cahaya putih. Chaya Monokromatik adalah cahaya yang hanya memiliki satu panjang gelombang saja Tidak dapat terurai menjadi cahaya lain Contoh sinar Merah, Sinar jingga, Sinar Kuning, Sinar hijau, Sinar biru, dan sinar Ungu. Dispersi Cahaya Pada Prisma Artikel terkait Cahaya Materi Fisika Lengkap Pembiasan Cahaya Materi Fisika Lengkap Alat Optik Pengertian, Jenis, Macam, dan Gambar Sumber Demikian materi lengkap Fisika Pembiasan Cahaya Refraksi meliputi Pengertian dan contoh pembiasan cahaya, indeks bias, pembiasan pada prisma, lensa cembung dan lensa cekung serta dispersi cahaya. Semoga bermanfaat... Artikel ini membahas mengenai pembiasan cahaya dan kaitannya dengan terjadinya fenomena alam yang pernah kamu jumpai, yaitu pelangi. — Pelangi pelangi Alangkah indahmu Merah kuning hijau Di langit yang biru Pelukismu agung Siapa gerangan Pelangi pelangi Ciptaan Tuhan Hayooo… Siapa yang bacanya sambil nyanyi? Kamu pasti pernah dong ngeliat pelangi. Yap, persis seperti lirik lagu di atas, pelangi terdiri dari berbagai macam warna. Ada merah, kuning, juga hijau. Warna-warna itulah yang membuat pelangi jadi indah bila dipandang. Waahhh… keren banget, ya! Tuhan bisa menciptakan pelangi. Jangan lupa bersyukur ya akan kebesaran-Nya. Eits! Tapi, kamu tahu nggak sih gimana pelangi bisa terjadi? Nah, ternyata, fenomena alam yang satu ini terjadi karena adanya peristiwa pembiasan cahaya, lho! Wah, apa tuh pembiasan cahaya? Oke, kalau gitu, langsung aja yuk kita simak penjelasannya pada artikel berikut ini! Pembiasan Cahaya Sebelumnya, kamu sudah belajar mengenai pemantulan cahaya dan macam-macamnya, ya. Ternyata, selain cahaya dapat dipantulkan, cahaya juga dapat dibelokkan, lho. Peristiwa pembelokan cahaya inilah yang disebut dengan pembiasan cahaya. Menurut definisinya, pembiasan cahaya merupakan peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena melewati dua medium dengan kerapatan optik yang berbeda. Hukum Snellius tentang Pembiasan Cahaya Hmm… Maksudnya gimana, sih? Baca juga Tekanan Zat Padat dan Penerapannya dalam Kehidupan Oke, coba kamu perhatikan gambar di atas. Pada gambar tersebut, cahaya melewati dua medium dengan tingkat kerapatan yang berbeda, yaitu udara dan air. Udara memiliki susunan partikel yang lebih renggang, sehingga molekulnya dapat bergerak dengan bebas. Berbeda dengan air, ia memiliki susunan partikel yang lebih padat, sehingga molekulnya tidak mudah bergerak dengan bebas. Oleh karena itu, udara memiliki kerapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan air. Perbandingan kerapatan molekul antara air liquid dan udara gas sumber FuseSchool via YouTube Besar kerapatan optik suatu medium dihubungkan dengan indeks bias n. Semakin besar indeks bias suatu medium, artinya semakin besar pula kerapatan optik medium tersebut. Akibatnya, cahaya yang melewati medium dengan indeks bias lebih besar tingkat kerapatan yang besar akan memiliki arah belok yang semakin besar pula. Besar kecilnya arah belok cahaya ini diukur dari bidang batas antara dua mediumnya, ya. Lalu, bagaimana jika suatu medium memiliki kerapatan optik yang kecil, seperti udara misalnya. Nah, hal ini berarti berlaku kebalikannya. Medium dengan kerapatan optik yang kecil, berarti indeks bias medium tersebut juga kecil. Akibatnya, cahaya yang melewati medium tersebut akan memiliki arah belok yang juga semakin kecil dari bidang batas antara dua medium. Gimana? Paham nggak, nih? Kalau masih belum paham, coba deh kamu perhatikan gambar berikut. Saat cahaya dibiaskan dari udara ke air gambar A, cahaya akan merambat dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat. Air memiliki indeks bias yang lebih besar dari udara n2 > n1, sehingga arah belok cahaya dari bidang batas dua medium juga besar. Oleh karena itu, cahaya akan dibiaskan/dibelokkan mendekati garis normal. Sebaliknya, saat cahaya dibiaskan dari air ke udara gambar B, cahaya akan merambat dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat. Udara memiliki indeks bias yang lebih kecil dari air n1 < n2, sehingga arah belok cahaya dari bidang batas dua medium juga kecil. Oleh karena itu, cahaya akan dibiaskan/dibelokkan menjauhi garis normal. Kamu dapat melihat perbedaannya pada gambar ya, kan? Baca juga Bunyi Hukum Newton dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari Rumus dan Contoh Soal Pembiasan Cahaya Oke, sampai sini semoga kamu paham ya tentang pembiasan cahaya. Nah, berikut ini ada rumus yang bisa kamu pakai untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan pembiasan cahaya, loh. Perhatikan dan coba kita kerjakan beberapa soal berikut, yuk! Contoh soal 1. Cahaya merambat dari air ke kaca. Jika indeks bias air adalah 1,33 dan indeks bias kaca adalah 1,54, maka hitunglah besar kecepatan cahaya di kaca jika diketahui kecepatan cahaya di air sebesar 2,25 x 108 m/s. Jadi, besar kecepatan cahaya di kaca adalah 1,94 x 108 m/s. 2. Cahaya merambat dari udara ke air. Jika kecepatan cahaya di udara adalah 3 x 108 m/s dan indeks bias air adalah 4/3, maka tentukanlah besar kecepatan cahaya di air. Jadi, besar kecepatan cahaya di air adalah 2,25 x 108 m/s. Dua contoh soal di atas merupakan sebagian kecil dari tipe soal yang akan dikeluarkan pada materi pembiasan cahaya, ya. Jadi, kamu juga bisa mengasah kemampuanmu dengan berlatih tipe-tipe soal lainnya di ruangbelajar. Oke? Baca juga Mengenal Jenis-Jenis Cermin di Sekitar Kamu Oh iya, kamu masih ingat, nggak? Di awal tadi, kita sempat bertanya-tanya, bagaimana sih pelangi bisa terjadi? Terus, kamu juga sudah diberi tahu kalau terjadinya pelangi itu karena adanya pembiasan cahaya. Tapi, bagaimana bisa? Pelangi kan warnanya banyak, ada merah, kuning, hijau, juga warna-warna yang lain. Sedangkan, di pembahasan tadi, nggak ada tuh yang ngejelasin kalau cahaya akan dibelokkan, lalu “timbul warna-warni kayak pelangi”. Nah loh! Gimana, tuh? Hayooo… ada yang tahu kenapa bisa begitu? Kenapa, hey! Kasih tau, nggak? sumber Kalem, gengs. Tenang aja dan nggak usah khawatir. Penjelasannya ada di bawah ini, kok. Makanya, tetap simak, ya! Peristiwa Terbentuknya Pelangi Kamu sudah baca artikel tentang macam-macam sifat cahaya belum? Kalau sudah, kamu pasti tahu salah satu dari sifat cahaya adalah dapat diuraikan. Hmm… diuraikan bagaimana maksudnya? Oke, jadi sebenarnya, cahaya putih yang biasa kita lihat ternyata tersusun dari berbagai macam warna dan warna-warna tersebut dapat diuraikan atau dipecah-pecah. Hal ini yang menyebabkan cahaya putih disebut sebagai cahaya polikromatik, contohnya sinar matahari. Warna-warna pada cahaya putih ada banyak, lho! Ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Biasanya sih, kita menyingkatnya dengan mejikuhibiniu. Sama dengan warna pada pelangi, bukan? Penguraian cahaya putih menjadi berbagai macam warna disebut dengan dispersi. Dispersi terjadi karena adanya perbedaan indeks bias tiap cahaya, sehingga saat cahaya dibiaskan pada suatu medium, cahaya tadi mengeluarkan berbagai macam warna seperti pelangi. Contoh dispersi saat cahaya dibiaskan pada prisma segitiga sumber 7activestudio Selain gambar di atas, dispersi juga dapat terjadi saat cahaya matahari mengenai tetes-tetes air hujan. Mula-mula, cahaya matahari akan mengalami pembiasan oleh tetesan air hujan. Setelah itu, warna putih pada cahaya matahari akan diuraikan menjadi warna-warna indah di langit yang kita sebut dengan pelangi. Pelangi terjadi karena pembiasan antara sinar matahari dengan tetesan air hujan sumber It’s Aumsum Time via YouTube Perlu kamu ketahui, pelangi tidak selalu dapat dilihat saat turun hujan, lho. Alasannya karena posisi kita berdiri akan menentukan bisa atau tidaknya kita melihat pelangi. Agar dapat melihat pelangi dengan jelas, saat hujan, kita harus berdiri membelakangi matahari. Posisi matahari juga tidak boleh terlalu tinggi. Apabila terlalu tinggi, kita tidak akan bisa melihat pelangi sama sekali. Makanya, kemungkinan terbesar pelangi akan terlihat, yaitu saat turun hujan di pagi atau sore hari. Baca juga Macam-Macam Gerak pada Benda Beserta Contohnya Nah, kamu tahu nggak, sih? Peristiwa pembiasan cahaya tidak hanya menyebabkan terjadinya pelangi saja, lho! Masih banyak contoh pembiasan cahaya yang bisa kamu temui dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dapat kamu lihat pada gambar berikut ini. Sekarang, sudah terjawab kan kenapa pelangi bisa terjadi. Oh iya, kamu juga bisa lho membuat pelangi sendiri. Caranya, kamu bisa mencari tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Lalu, semprotkan air menggunakan semprotan spry di daerah yang terkena sinar matahari tersebut. Hasilnya, kamu bisa melihat warna-warni yang muncul seperti warna pelangi. Keren, nggak? Jadi, nggak harus nunggu hujan turun deh untuk melihat pelangi. Guys, kamu juga dapat mempelajari materi pembiasan cahaya ini dengan lebih lengkap dan menarik lagi di ruangbelajar, loh. Bagi yang belum download, yuk buruan download aplikasinya sekarang! Tentunya kalian sudah dapat menyebutkan contoh kejadian sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan konsep pembiasan. Dasar kolam tampak lebih dangkal dari sebenarnya dan sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam air tampak bengkok merupakan contoh kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan terjadinya pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya tidak sembarang, tetapi mengikuti hukum-hukum pembiasan. Hukum pembiasan pertama kali dinyatakan oleh Willebrord Snellius, seorang ahli Fisika berkebangsaan Belanda. Snellius melakukan eksperimen dengan melewatkan seberkas sinar pada balok kaca. Secara sederhana, percobaan Snellius ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini. Seberkas cahaya sinar laser/kotak cahaya di arahkan menuju permukaan balok kaca gambar kiri. Ternyata, sinar dibelokkan pada saat mengenai bidang batas udara-kaca. Jika digambarkan dalam bentuk dua dimensi gambar kanan, maka sinar datang dari udara dibiaskan dalam kaca mendekati garis normal. Sehingga besar sudut datang i selalu lebih besar dari sudut bias r. Jika percobaan yang sama diulang dengan sudut datang yang berubah-ubah yaitu sebesar i1, i2, i3 hingga sudut biasnya r1, r2, r3 ternyata Snellius menemukan bahwa hasil perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut biasnya selalu konstan atau tetap. Dengan hasil percobaannya tersebut, Snellius mengemukakan Hukum Pembiasan yang berbunyi sebagai berikut. Sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak dalam satu bidang datar. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias pada dua medium yang berbeda merupakan bilangan tetap. Secara matematis, pernyataan Hukum Snellius yang kedua di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut. sin i1 = sin i2 = sin i3 sin r1 sin r2 sin r3 sin i = Tetap ………………… pers. 1 sin r Tetapan atau konstanta tersebut disebut dengan indeks bias relatif suatu medium terhadap medium lain. Jika sinar datang dari medium 1 ke medium 2, maka indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1 ditulis sebagai berikut. Dengan demikian, persamaan 1 di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut. Sehingga kita peroleh rumus hubungan antara sudut datang, sudut bias dan indeks bias medium sebagai berikut. Keterangan n1 = indeks bias mutlak medium 1 n2 = indeks bias mutlak medium 2 n21 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1 i = sudut datang pada medium 1 r = sudut bia pada medium 2 Selain kedua pernyataan Hukum Snellius di atas, masih ada hal lain yang berlaku pada peristiwa pembiasan cahaya, yaitu sebagai berikut. 1 Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Ini berarti, sudut bias lebih kecil daripada sudut datangnya r < i. 2 Jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Jadi, sudut datang lebih kecil dari sudut bias i < r. 3 Jika sinar datang tegak lurus batas dua medium, maka sinar tidak dibiaskan melainkan diteruskan. Ketika cahaya cahaya dari sebuah medium merambat melewati medium lain yang berbeda kerapatan, cepat rambat cahaya akan berubah. Cepat rambat cahaya akan berkurang jika memasuki medium dengan kerapatan tinggi. Sebaliknya, cepat rambat cahaya akan bertambah jika memasuki medium dengan kerapatan rendah. Perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa c dengan cepat rambat cahaya di dalam medium disebut indeks bias mutlak. Indeks bias mutlak suatu medium dapat dicari dengan rumus Keterangan n = indeks bias mutlak medium c = cepat rambat cahaya di ruang hampa 3 × 108 m/s v = cepat rambat cahaya di dalam medium Pada hukum Snellius di atas, indeks bias mutlak medium 1 ditunjukkan oleh n1 dan indeks bias mutlak medium 2 ditunjukkan dengan n2. Sementara itu, perbandingan indeks bias mutlak dari dua buah medium disebut indeks bias relatif. Jika cahaya datang dari medium 1 dengan indeks bias n1 menuju medium 2 dengan indeks bias mutlak n2, maka indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1 dinyatakan dengan persamaan berikut. Dengan mensubtitusikan persamaan n = c/v, kita mendapat bentuk persamaan berikut ini. Keterangan n21 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1 i = sudut datang r = sudut bias n1 = indeks bias medium 1 n2 = indeks bias medium 2 v1 = cepat rambat cahaya pada medium 1 v2 = cepat rambat cahaya pada medium 2 Contoh Soal Dalam sebuah eksperimen untuk menentukan kecepatan cahaya di dalam air, seorang siswa melewatkan seberkas cahaya ke dalam air dengan sudut datang 30°. Kemudian, siswa mencatat sudut bias yang terjadi di dalam air ternyata besarnya 22°. Jika kecepatan cahaya di udara dianggap 3 × 108 m/s, tentukan kecepatan cahaya di dalam air. Penyelesaian Diketahui i = 30° c = 3 × 108 m/s r = 22° Ditanyakan v Jawab Dengan menggabungkan persamaan n21 = sin i/sin r dengan persamaan n21 = c/v, maka kita peroleh persamaan berikut. Dengan demikian, kecepatan cahaya di dalam air v dapat kita hitung dengan rumus berikut. v = 3 × 108 m/s × sin 22° sin 30° v = 3 × 108 m/s × 0,37 0,5 Jadi, kecepatan cahaya di dalam air adalah 2,25 × 108 m/s.

gambar pembiasan cahaya yang benar